SENJARI.COM – Setiap pekan pertama di bulan Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai World Breastfeeding Week atau Pekan ASI Sedunia. Pekan ASI sedunia merupakan gerakan menyusui secara global yang dicanangkan sebagai bentuk dukungan terhadap pemberian ASI pada setiap bayi.
ASI merupakan asupan makanan yang sangat penting bagi perkembangan bayi, khususnya pada 6 bulan pasca kelahiran. ASI dipercaya mempunyai kandungan zat penting yang dibutuhkan bayi seperti DHA, Asam Amino, Omega 6, laktosa, taurin, protein, lactobacillus, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin dan lisozim. Semua zat tersebut tersaji dengan tepat di dalam setiap ASI yang dihasilkan.
Menurut Kementerian Kesehatan minimal ada sepuluh manfaat ASI baik bagi ibu maupun sang bayi. Adapun manfaatnya seperti ASI dapat mengurangi tingkat depresi pada ibu, meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, membantu memperkuat ikatan emosional anak dan ibu, membuat anak lebih cerdas, mengurangi resiko obesitas, menjadikan anak berperilaku lebih baik, membantu otak anak berkembang sempurna, membantu ibu menurunkan berat badan, mengurangi resiko kanker pada ibu dan pastinya membantu menghemat anggaran rumah tangga karena gratis.
Dengan begitu banyaknya manfaat ASI bagi bayi dan ibu tidak serta merta membuat angka prevalensi pemberian ASI selama 6 bulan menjadi tinggi. Data susenas 2021 menunjukkan bahwa di Provinsi Jambi terdapat 96,43 persen baduta (anak umur dibawah dua tahun) yang pernah diberi ASI. Dari semua baduta yang pernah diberi ASI tersebut, sekitar 23,28 persen diberi ASI selama kurang dari 6 bulan.
Seperti kita ketahui bahwa UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berumur enam bulan. ASI eksklusif dianjurkan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan bayi. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Pengenalan dini terhadap makanan yang rendah energy dan gizi atau disiapkan dalam kondisi yang tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organism asing, dan menyebabkan anak mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit.
Dari data susenas 2021 juga tercatat bahwa dalam kurun waktu 24 jam terakhir ada 27,57 persen baduta yang tidak diberikan makanan/cairan tambahan. Kebalikannya berarti ada 72,43 persennya mendapatkan makanan/cairan tambahan, termasuk anak-anak yang belum berumur 6 bulan. Walaupun data ini tidak menggambarkan secara langsung tentang pemberian ASI eksklusif, tapi praktek pemberian makanan tambahan pada baduta sudah lumrah terjadi pada masyarakat Jambi.
Fakta adanya orang tua yang memberikan makanan tambahan selain ASI pada bayi 0-6 bulan ini disinyalir disebabkan oleh beberapa faktor, seperti produksi ASI yang tidak maksimal. Keadaan ini sering kali terjadi pada awal kelahiran, agar bayi tidak kelaparan diberikanlah susu formula untuk sementara menjelang ASI sang ibu keluar.
Status ibu yang bekerja juga kadang kala menjadi faktor penghambat pemberian ASI eksklusif. Kita ketahui bersama jika cuti melahirkan hanya diberikan selama 3 bulan, sehingga pada usia bayi 4 bulan sang ibu sudah harus mulai bekerja lagi. Selama sang ibu bekerja, kadangkala bayi diberikan asupan dari susu formula.
Pemberiaan ASI eksklusif juga terkendala masih kurangnya ruang laktasi pada fasilitas umum. Padahal ruang ini sangat dibutuhkan oleh para ibu ketika ingin menyusui anaknya. Ruang laktasi memberikan privasi dan kenyamanan bagi para ibu, karena mereka tidak perlu risih, sungkan dan malu untuk memberikan ASI.
Selain itu dirasakan masih kurangnya edukasi kepada masyarakat terutama para ibu akan manfaat penting ASI bagi tumbuh kembang anak. ASI memiliki banyak kandungan vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh anak.
Untuk meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif khususnya di Jambi, maka pemerintah, rumah sakit, rumah bersalin dan para penolong kelahiran, termasuk juga unsur masyarakat perlu melakukan upaya-upaya perbaikan baik dalam penyediaan fasilitas, maupun pemberian informasi yang jelas tentang ASI eksklusif.
Beberapa hal yang dapat dilakukan, pertama rumah sakit, rumah bersalin dan tempat praktek bidan yang memberikan layanan melahirkan memiliki peranan penting dalam mendukung kebijakan ASI eksklusif. Prosedur inisiasi menyusui dini (IMD) menjadi tanggung jawab dari rumah sakit, atau fasilitas melahirkan lainnya untuk dilakukan, karena IMD ini tidak hanya memudahkan proses menyusui tapi juga menjadi momen kedekatan antara ibu dan anak.
Kedua pemerintah perlu menambahkan ruang-ruang laktasi pada setiap fasilitas umum, seperti pasar, terminal, perkantoran pemerintah dan tempat-tempat wisata. Disini peran swasta dan masyarakat juga besar untuk menyediakan ruang laktasi pada kantor perusahaan, mall, dan ruang-ruang publik lainnya.
Ketiga, pemerintah perlu terus melakukan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya manfaat ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang anak. Edukasi dapat dimulai melalui sekolah-sekolah agar para siswa sedini mungkin faham akan manfaat ASI eksklusif. Kemudia melalui rumah sakit dan tempat penolongan kelahiran, edukasi dapat diberikan langsung kepada ibu hamil.
Semoga dengan perhatian dan kerjasama semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, pemberian ASI eksklusif di Jambi dapat ditingkatkan, dan akhirnya akan berdampak pada penurunan angka stunting. Demikian, salam.
Penulis
Nama : Nopriansyah, SST, MSi
Jabatan : Statistisi BPS Provinsi Jambi
Discussion about this post